1. Analisis Pendapatan
Nasional Dengan Perekonomian Tertutup Sederhana Dua Sektor
Dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya,manusia harus mempunyai penghasilan. Setiap penghasilan yang diterima
oleh seseorang merupakan pendapatan bagi orang tersebut.Pendapatan dari orang
perorang dari suatunegara akan dihitung dalam pendapatan nasional.Namun,tidak
semua pendapatan yang diterima seseorang dihitung sebagai pendapatan
nasional.Seorang ibu rumah tangga bekerja guna melayani keperluan rumah
tangganya,seperti memasak,mencuci,dan ibu tersebut sudah menghasilkan barang
berupa makanan dan jasa.Akan tetapi barang dan jasa yang dihasilkan tersebut
tidak dihitung dalam pendapatan nasional karena tidak dijual kepada orang lain
dan tidak mendapatkan balas jasa.Apabila ibu rumah tangga tadi membuka
usaha,misalnya rumah makan atau menerima pesanan makanan untuk umum,maka balas
jasa yang diterimanya dapat dihitung dalam pendapatan nasional.Seorang pelukis
membuat suatu lukisan dan menjualnya kepada orang lain.Pelukis tersebut
memperoleh pendapatan dari hasil penjualan produk yang dihasilkannya. Maka
pendapatan pelukis ini dihitung dalam pendapatan nasional.Beberapa tahun
kemudian,apabila lukisan tersebut dijual oleh orang yang membeli lukisan dari
pelukis,maka hasil penjualan itu menjadi pendapatan baginya.Akan
tetapi,pendapatan itu tidak dihitung dalam pendapatan nasional,karena tidak ada
produksi barang atau jasa yang dihasilkan.
Barang dan jasa yang dihasilkan oleh
setiap golongan masyarakat dalam suatu negara yang dijual kepada orang lain
disebut produk nasional.Apabila produk nasional dinilai dengan uang disebut
pendapatan nasional.Produk nasional maupun pendapatan nasional perlu dihitung
untuk mengetahui kemajuan ekonomi dalam suatu negara.Produk nasional terdiri
atas bermacam-macam produk yang jenisnya berbeda-beda.Tidak ada satuan alat
ukur yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah produk yang dihasilkan.Oleh
sebab itu,alat ukur yang paling mudah adalah harga.Dengan menilai setiap produk
dengan harga, maka kita dapat mengetahui besarnya pendapatan nasional dalam
suatu negara.Dalam rangka mencapai kemakmuran suatu negara,usaha peningkatan
pendapatan nasional merupakan suatu keharusan.Usaha peningkatan pendapatan
nasional harus disertai dengan pengendalian pertumbuhan penduduk.Apabila
pertumbuhan penduduk berlangsung tanpa kendali,peningkatan pendapatan per
kapita tidak akan mencapai hasil yang memuaskan, bahkan bisa terjadi pendapatan
per kapita akan menurun.Oleh karena itu,pertumbuhan penduduk harus dikendalikan
agar tingkat pertumbuhannya tidak melebihi pendapatan nasional.
2. Model Analisis Dengan
Variabel Investasi Dan Tabungan
Konsumsi adalah bagian pendapatan
yang dibelanjakan untuk kebutuhan konsumsi. Tabungan adalah bagian pendapatan
yang tidak dikomsumsi.Jadi,besarnya pendapatan akan sama dengan besarnya
konsumsi ditambah dengan tabungan (Y = C + S ).Fungsi konsumsi adalah suatu
kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara sifat konsumsi rumah tangga
dalam perekonomian dan pendapatan nasional (atau pendapatan disposable)
perekonomian tersebut.Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan
sifat hubungan di antara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomiandan
pendapatan nasional (atau pendapatan disposable) perekonomian
tersebut.Jadi,baik dalam hukum psikologi konsumsi dari Keynes
dikemukakan,Setiap pertambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi
dan pertambahan tabungan (saving).Apabila fungsi konsumsi dan fungsi
tabungan ditulis dalam notasi fungsi, bentuk umumnya seperti berikut.
Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
merupakan garis lurus,dan ini disebabkan nilai MPC dan MPS tetap. Seterusnya
kecondongan fungsi konsumsi adalah kurang dari 45 dan selalu memotong garis
45.Sifat ini disebabkan MPC lebih kecil dari satu.Fungsi konsumsi memotong
garis 45 pada nilai pendapatan nasional sebanyak Rp 360 triliun karena pada
tingkat pendapatan itu konsumsi rumah tangga = pendapatan nasional.Fungsi
tabungan memotong sumbu datar pada pendapatan nasional sebanyak Rp 360 triliun
karena pada pendapatan ini tabungan rumah tangga = 0.
Jumlah pendapatan yang digunakan
untuk konsumsi, antara lain, tergantung pada hal berikut:
- Besarnya pendapatan rumah
tangga setelah dikurangi pajak penghasilan dan potongan-potongan.
- Komposisi rumah tangga (jumlah
dan umur anggota rumah tangga).
- Tuntutan lingkungan.
Sedangkan jumlah pendapatan yang
ditabung tergantung pada hal berikut.
- Jumlah pendapatan yang diterima
dan besarnya bagian yang akan dikeluarkan untuk konsumsi.
- Jumlah pendapatan yang ingin
disimpan untuk tujuan berjaga-jaga dan menghadapi keadaan mendadak di
waktu yang akan dating.
- Tingkat bunga. Bila tingkat
bunga bank naik, orang cenderung mengurangi bagian pendapatan untuk tujuan
konsumsi dan meningkatkan tabungan atau investasi.
3. Angka Pengganda
Angka pengganda atau multiplier
adalah hubungan kausal antara variabel tertentu dengan variabel pendapatan
nasional. Jika angka pengganda tersebut memepunyai angka yang tinggi,
maka dengan perubahanyang terjadi pada variabel tersebut akan memengaruhi
angka terhadap tingkat pendapatan nasional yang besar juga, dan sebaliknya.
Perubahan pendapatan anasional itu ditunjukan oleh suatu anagka pelipat yang
disebut dengan koefisien multiplier.
Proses multiplier adalah adanya
perubahan pada variabel investasi menyababkan pengeluaran agregat menjadi
berubah. Namun dari keseombangan pendapatan nasional tidak sebesar pertambahan
investasi tersebut.
Contoh:
Dimisalkan (dalam milyar rupiah) fungsi
konsumsi (C)=20 + 0,75Y dan besarnya investasi (I)=10, maka pendapatan
keseimbangan sebesar 120. Apabila terdapat tambahan investasi sebesar 2, maka
pendapatan sekarang adalah sebagai berikut:
Jawab:
∆Y = K . ∆I
∆Y = 4 . 2 = 8
Ysekarang =
Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang =
120 + 8 = 128 milyar rupiah
4. Hubungan Antara
Pertumbuhan Ekonomi Inflasi dan Pengangguran
Jumlah orang yang menganggur adalah
jumlah orang di negara yang tidak memiliki pekerjaan dan yang tersedia untuk
bekerja pada tingkat upah pasar saat ini. Ini dengan mudah dapat diubah menjadi
persentase dengan mengaitkan jumlah pengangguran, dengan jumlah orang dalam
angkatan kerja.
Inflasi adalah kenaikan harga secara
umum selama 12 bulan. Ini diukur dengan mengambil rata-rata tertimbang semua
produk konsumen (tertimbang pada frquency pembelian) dan menganalisis tren
harga keseluruhan. Hal ini sering disebut Indeks Harga Konsumen (CPI) atau
Harmonised Indeks Harga Konsumen (HICP). Hal ini menunjukkan berapa banyak,
sebagai persentase, tingkat harga umum dari semua barang-barang konsumsi telah
berubah sepanjang tahun.
Ada tiga jenis inflasi yaitu:
- inflasi tarikan permintaan (demand-pull
inflation)
- inflasi desakan biaya (cost-push
inflation)
- inflasi karena pengaruh impor (imported
inflation).
Tingkat inflasi yang terjadi dalam
suatu negara merupakan salah satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah
ekonomi yang dihadapi suatu negara. Bagi negara yang perekonomiannya baik,
tingkat inflasi yang terjadi berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun.
Tingkat inflasi yang berkisar antara
2 sampai 4 persen dikatakan tingkat inflasi yang rendah. Selanjutnya tingkat
inflasi yang berkisar antara 7 sampai 10 persen dikatakan inflasi yang tinggi.
Didasarkan pada fakta itulah A.W.
Phillips mengamati hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.
Dari hasil pengamatannya, ternyata ada hubungan yang erat antara inflasi dengan
tingkat pengangguran, dalam arti jika inflasi tinggi, maka pengangguran akan
rendah. Hasil pengamatan Phillips ini dikenal dengan kurva Phillip.
Kurva Philip
Masalah utama dan mendasar dalam
ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah upah yang rendah dan tingkat
pengangguran yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena, pertambahan tenaga
kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang
dapat disediakan setiap tahunnya.
Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih
besar dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran
yang tinggi. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama dalam jangka
pendek yang selalu dihadapi setiap negara. Karena itu, setiap perekonomian dan
negara pasti menghadapi masalah pengangguran, yaitu pengangguran alamiah (natural
rate of unemployment).
Untuk menggambarkan kurva Phillips
di Indonesia digunakan data tingkat inflasi tahunan dan tingkat pengangguran
yang ada. Data digunakan adalah data dari tahun 1980 hingga tahun 2005.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan data yang ada, maka kurva Phillips untuk
Indonesia terlihat seperti gambar berikut :
A.W. Phillips menggambarkan
bagaimana sebaran hubungan antara inflasi dengan tingkat pengangguran
didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan dari adanya kenaikan
permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan agre-gat, maka sesuai dengan
teori permintaan, jika permintaan naik maka harga akan naik. Dengan tingginya
harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan
kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan
satu-satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan
permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya harga-harga (inflasi) maka,
pengangguran berkurang.
Menggunakan pendekatan A.W.Phillips
dengan menghubungkan antara pengangguran dengan tingkat inflasi untuk kasus
Indonesia kurang tepat. Hal ini didasarkan pada hasil analisis tingkat
pengangguran dan inflasi di Indonesia dari tahun 1980 hingga 2005, ternyata
secara statistik maupun grafis tidak ada pengaruh yang signifikan antara
inflasi dengan tingkat pengangguran.