Kamis, 24 Februari 2011

budaya dari prespektif sejarah


 Secara umum pengertian kebudayaan adalah merupakan jalan atau arah didalam bertindak dan berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani.

Pokok-pokok yang terkandung dari beberapa devinisi kebudayaan
1. Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia sangat beragam
2. Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui pelajaran
3. Kebudayaan terjabarkan dari komponen-komponen biologi, psikologi dan sosiologi
4. Kebudayaan berstruktur dan terbagi dalam aspek-aspek kesenian, bahasa, adat istiadat, budaya daerah dan budaya nasional.
Contoh pada kebudayaan Melayu ternyata menjadi payung persatuan suku. Hal ini terjadi di Provinsi Riau. Meski kini telah terbagi wilayahnya dengan lahirnya Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), kerukunan etnis terpelihara dengan baik.
Orang-orang asing menyebut Riau sebagai "the most rich province in Indonesia". Predikat tersebut nampak berlebihan, meski ada benarnya. Hasil minyak buminya lebih dari 650.000 barel sehari. Bisa dibayangkan, berapa banyak devisa yang disumbang ke pusat dan kemudian di bagi-bagi ke provinsi lain. Kekuatan bahasa Melayu dalam mempersatukan suku-suku dan wilayah yang terpisah-pisah di Indonesia, ternyata telah menyebar pula ke sejumlah negara. Terbukti ada manuskrip dan tulisan tangan berupa karangan yang menyebar di 28 negara.
Globalisasi telah melanda dunia, termasuk Indonesia. Kebudayaan Melayu yang diharapkan oleh negara bisa menjadi salah satu benteng untuk menahan segala dampak dari globalisasi ternyata justru kewalahan. Tidak sedikit unsur-unsur kebudayaan Melayu yang hilang dan punah akibat globalisasi. Tari Zapin misalnya, saat ini sudah sulit ditemukan. Demikian pula dengan Tari Jangger Sasak yang hanya menyisakan baju penarinya saja. Mencari penutur pantun-pantun Melayu seakan mencari jarum di jerami. Dalam kondisi ini, alih-alih memperkuat kebudayaan nasional, untuk mempertahankan identitas kebudayaan Melayu sendiri sudah menjadi perjuangan yang membutuhkan tenaga ekstra.

Permasalahannya adalah, pembacaan Melayu dari sisi identitas masih menjadi sesuatu yang sensitif karena hingga saat ini identitas Melayu masih terus diperdebatkan. Pengerucutan identitas Melayu yang terhegemoni oleh pandangan parsial dirasa justru akan menjebak Melayu pada kontradiksi sejarahnya, di mana Melayu pernah bersentuhan dengan berbagai agama, kekuasaan, dan teknologi. Berdasarkan pemikiran ini, maka tidak heran bila pengkaji Melayu, seperti Mahyudin Al Mudra, melontarkan gagasan mengenai pentingnya redefinisi Melayu.
dan sekarang bahasa melayu dinilai layak menjadi bahasa Internasional. Untuk itu para budayawan, ahli bahasa, Pemerintah Daerah dan seluruh stakeholder menyatukan visi untuk mengusulkan bahasa melayu ke Perserikatan Bangsa- bangsa sebagai bahasa internasional.

Upaya tersebut didukung dengan banyaknya gagasan dan cita- cita besar yang diusung, untuk pengembangan bahasa melayu yang merupakan cikal baka bahasa Indonesia. Kondisi ini semakin diperkuat dengan pengguna bahasa melayu yang
mencapai  300 juta jiwa dikawasan melayu serumpun. Terutama di Indonesia, Malaysia, Brunei, Thailand, Philiphina dan sebagian negara tetangga di Asia.

Komitmen tersebut mengemuka dalam seminar Bahasa Nasional di Hotel Labersa, Senin (21/12). Turut hadir dalam seminar tersebut, Gubernur Riau HM Rusli Zainal SE MP, Sekretaris Daerah Wan Syamsir Yus, Perwakilan Gubernur se Indonesia, Ketua LAM Riau Azaly Johan, Perwakilan LAM Kepulauan Riau,
Budayawan Riau Tennas Effendi.

Kemudian, budayawan Nasional Hari Murti Kridalaksana, Taufik Abdullah, Prof Suwardi, Taufik Ikram Jamil, Abdul Malik, Dr Mukjizah, Al azhar, perwakilan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi se Indonesia, 50 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari 50 Universitas di Malaysia, Perwakilan BEM Universitas
se Riau dan ratusan pemerhati budaya.

Gubernur Riau mengatakan, usulan penggunaan bahasa melayu di tingkat PBB sangat mungkin untuk dilakukan. Kondisi ini diperkuat dengan eksistensi bahasa melayu sebagai lingua franca, bahasa perdagangan, bahasa tulisan dan diplomasi resmi dalam lintas etnik sekaligus menjadi bahasa pendidikan.

'' Saya mengharapkan dengan seminar ini, dapat memberikan output terhadap pemahaman dan nilai-nilai sejarah, yang dapat dikembangkan sebagai salah satu pengembangan bahasa melayu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Karena Bahasa indonesia juga memiliki substansi besar sebagai bahasa pemersatu masyaakrat Indonesia yang majemuk,'' sebutnya.

Menurut Ahli Etnologi dan Filologi kata Gubri, bahasa melayu termasuk bahasa Austronesia yang telah mengalami perkembangan. Ini semakin memperkuat eksistensi dan konsistensi bahasa melayu sebagai bahasa pemersatu dan cikal
bakal bahasa Indonesia.

'' Acara ini dapat menjadi referensi bagi pengembangan khasanah budaya melayu, sehingga dapatbersinergi dengan visi riau untuk menjadikan Riau sebagai pusat budaya melayu di Asia Tenggara di tahun 2010,'' terangnya.

Sementara Budayawan Riau, Tennas Effendi, mengatakan, nilai -nilai kultural dan historis dalam budaya melayu banyak memberikan kontribusi positif dalam pengembangan bahasa di Indonesia. Sebab, selain dalam aspek bahasa, kontribusi bahasa melayu dapat dilihat dalam kandungan nilai-nilai keagamaan, nilai tekhnologi dan beberapa sektor kehidupan lainnya.

''Saya rasa usulan memasukkan bahasa melayu di tingkat PBB, merupakan hal yang sangat wajar. Sebab berbagai pertimbangan dari sektor historis, budaya melayu sudah menjadi lingua franca. Bahkan saya menilai usulan ini sudah dapat diterapkan sejak dulu. Untuk itu para ahli bahasa dan budaya
hendaknya dapat menyatukan visi dalam mewujudkan hal tersebut,''paparnya.

Ketua Panitia HM Wardan mengatakan, rangkaian kegiatan akan dilaksanakan selama tiga hari dengan beberapa materi seminar. Seperti pembahasan tentang bahasa Indonesia dan bahasa melayu dalam perspektif sejarah, bahasa melayu dan kreatifitas sastra Indoensia dan pembahasan mengenai bahasa
dan sastra melayu serta agenda kajian.

''Kumpulan dari tema seminar tersebut akan dirangkum menjadi hasil rekomendasi seminar, sebagai cikal bakal pengembangan bahasa melayu dan bahasa Indonesia,''ujar Wardan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar