Kamis, 16 Mei 2013

Karya Ilmiah Tentang Motivasi Belajar Siswa


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Melihat kondisi para siswa di zaman sekarang yang sudah malas untuk belajar, terutama bagi para siswa yang akan menghadapi ujian nasional, maka dari itu diperlukan solusi agar siswa mempunyai keinginan dan niat yang kuat untuk belajar. Salah satu cara yang dapat membuat siswa berkeinginan untuk belajar adalah jika ia memiliki motivasi.
Motivasi dipengaruhi oleh berbagai macam unsur, salah satu yang terpenting ialah lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh yang baik bagi seorang siswa yang masih dalam tahap labil begitu pula sebaliknya, lingkungan yang buruk akan memberikan pengaruh buruk pula bagi siswa tersebut.
Terkadang motivasi belajar siswa dapat berubah – ubah menjadi lebih baik atau lebih buruk. Berbagai macam motivasi yang dapat meningkatkan semangat belajar siswa, akan dibahas dalam karya ilmiah ini.
I.2 Rumusan Masalah
Poin – poin masalah yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini adalah :
 Apa klasifikasi seorang siswa sulit belajar ?
 Apa unsur – unsur yang mempengaruhi motivasi belajar siswa ?
 Apa penyebab menurunnya motivasi belajar siswa ?
 Apa saja faktor – faktor perbedaan motivasi belajar seorang siswa dengan yang lainnya ?
 Bagaimana cara atau solusi meningkatkan motivasi belajar
siswa ?
I.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka karya ilmiah ini disusun dengan tujuan :
 Untuk mengetahui penyebab menurunnya motivasi belajar siswa.
 Untuk mengetahui cara meningkatkan motivasi belajar siswa.
 Untuk mengetahui klasifikasi kesulitan belajar seorang siswa.
 Untuk mengetahui faktor – faktor penyebab perbedaan motivasi belajar seseorang.
 Mengetahui peran orang tua , guru dan lingkungan sekitar dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
I.4 Metode
Penelitian karya ilmiah ini dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka, khususnya yang berasal dari situs – situs internet.
I.5 Manfaat
Sesuai dengan latar belakang masalah dan tujuan penulisan, diharapkan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi para siswa, orang tua dan para guru dalam mengambil tindakan untuk meningkatkan motivasi atau minat belajar siswa.
I.6 Sistematika Penelitian
Karya ilmiah ini tersusun dalam 3 bab :
 Bab I memuat pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, manfaat penulisan, dan sistematika penelitian.
 Bab II menguraikan pembahasan atau hasil penelitian.
 Bab III memuat penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
1.       Klasifikasi seorang siswa sulit belajar
Kata motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Tidak bisa dipungkiri, setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat). Lalu, seperti apa pengertian motivasi yang sebenarnya?
Motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuannya.
Secara garis besar kesulitan belajar menurut Mulyono Abdurrahman (1995:16-17) dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu; (1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities) dan (2) kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis dan matematika.
Kesulitan belajar akademik dapat diketahui oleh guru atau orang tua ketika anak gagal menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademik. Sedangkan kesulitan belajar yang bersifat perkembangan umumnya sukar diketahui baik oleh orang tua maupun oleh guru karena tidak ada pengukuran-pengukuran yang sistematik seperti halnya dalam bidang akademik. Meskipun beberapa kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering berkaitan dengan kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik, hubungan antara keduanya tidak selalu jelas.
Di Indonesia terdapat beberapa penelitian terhadap keberadaan anak berkesulitan belajar antara lain penelitian yang dilakukan terhadap 3.215 murid kelas satu hingga kelas enam SD di DKI Jakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat 16,52% yang oleh gurunya diperkirakan sebagai murid yang termasuk berkesulitan belajar (Mulyono Abdurrahman & Nafsiah Ibrahim, 1994). Sejak tahun 1986, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bekerjasama dengan USAID melaporkan bahwa di Indonesia diperkirakan terdapat 300.000 anak-anak yang membutuhkan layanan pendidikan khusus (Anak Berkebutuhan Khusus).
Jika angka statistik 30% di Amerika Serikat digunakan, maka di Indonesia pada tahun 1986 diperkirakan terdapat 90.000 anak-anak berkesulitan belajar. Berdasarkan data yang ada di Dinas Pendidikan Kota Bandung bahwa jumlah siswa SD/MI pada tahun 2000/2001 sebanyak 228.366 orang. Jika diestimasikan bahwa sekitar 5% – 10% (berdasarkan penelitian Stanford Institute), maka diperkirakan anak yang mengalami kesulitan belajar berkisar antara 11.418 sampai 22.837 orang. Jumlah anak berkesulitan belajar akan semakin meningkat terutama setelah kriteria adaptabilitas sosial digunakan dalam menentukan anak tunagrahita selain taraf intelegensi, sehingga anak-anak yang semula dianggap sebagai tunagrahita ternyata termasuk anak berkesulitan belajar.

2.      Unsur – Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar sebenarnya ada pada diri siswa sendiri. Dalam kerangka pendidikan formal, motivasi belajar juga ada dalam jaringan rekayasa pendagogis guru yaitu dengan tindakan pembuatan persiapan belajar, pelaksanaan belajar-mengajar, maka guru menguatkan motivasi belajar siswa. Dilihat dari segi emansipasi kemandirian siswa, motivasi belajar semakin meningkat pada tercapainya hasil belajar.
Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Hal-hal yang mempengaruhi motivasi belajar pada seorang siswa, diantaranya :
a. Cita – cita atau aspirasi dari siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan siswa. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan.Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.
Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita. Oleh sebab itu, cita-cita akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar sehingga akan mewujudkan aktualisasi diri.
b. Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c. Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi jasmani dan rohani juga mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah menguatkan perhatian. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa sangat berpengaruh pada motivasi belajar siswa.
d. Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencan alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian antarsiswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Oleh sebab itu, kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
Seperti yang dijelaskan di atas, lingkungan sekitar juga dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan pergaulan ( teman ).
d. Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh seorang siswa. Suasana keluarga yang kondusif bagi siswa untuk belajar, tentu bisa meningkatkan prestasi siswa itu sendiri. Sebaliknya, bila dalam keluarga itu sendiri tercipta suasana yang tidak mendukung siswa untuk belajar, tentu saja prestasi siswa di sekolah tidak akan bagus. Berikut adalah beberapa tips agar siswa semangat belajar dari segi lingkungan keluarga :
• Sebaiknya orang tua atau saudara, selalu memberi semangat dan motivasi dalam bentuk apapun agar siswa menjadi giat belajar.
• Kehidupan rumah tangga yang harmonis juga berpengaruh untuk meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Keadaan keluarga dimana ayah dan ibu yang selalu bertengkar, akan membuat siswa menjadi malas untuk belajar di rumah dan lebih memilih untuk keluar jalan-jalan untuk mengusir rasa kesal.
• Orang tua juga harus menerapkan kedisiplinan pada siswa, karena dengan orang tua menerapkan disiplin pada siswa, itu pasti akan sangat bermanfaat. Siswa akan tumbuh menjadi anak yang disiplin dan tentu saja motivasi serta prestasi belajarnya akan meningkat.
Pengaruh lingkungan terhadap prestasi belajar siswa dari segi keluarga adalah yang paling besar. Jadi, hendaknya keharmonisan antar anggota keluarga bisa terjaga. Ini sangat berpengaruh pada mental seorang siswa.
e. Lingkungan Sekolah
Pengaruh lingkungan ini terhadap prestasi belajar siswa cukup besar, karena sekolah adalah lingkungan sosial kedua setelah keluarga yang akan dikenal oleh siswa. Berikut ini adalah hal-hal yang akan mempengaruhi motivasi serta prestasi belajar siswa dari segi lingkungan sekolah :
• Fasilitas sekolah yang lengkap akan membuat siswa termotivasi untuk belajar. Fasilitas yang dimaksud misalnya perpustakaan dengan buku yang lengkap, laboratorium dengan peralatan yang memadai, atau fasilitas komputer bila perlu.
• Teman-teman siswa di sekolah yang punya sifat rajin atau telah memiliki prestasi bagus, tentu akan menjadi motivasi siswa untuk meningkatkan prestasinya dengan tujuan bisa setara atau bahkan melebihi teman-temannya.
• Sekolah yang baik adalah sekolah yang memiliki guru-guru yang berkualitas. Mulai dari cara mengajarnya, cara memberi motivasi, atau cara mereka memberi perhatian pada siswa-siswanya. Hal ini tentu memberi pengaruh besar terhadap motivasi serta prestasi siswa.
f.Lingkungan Pergaulan (Teman)
Pengaruh lingkungan terhadap prestasi belajar memang sangat besar, apalagi bila menyangkut lingkungan pergaulan siswa itu sendiri. Jika siswa bisa memilih pergaulan yang tepat, tentu tidak masalah, tapi kadang siswa banyak yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik, yang akhirnya berujung pada penurunan prestasi sekolah. Contohnya bergaul dengan teman yang suka malas belajar, suka bermain game, teman dengan gaya hidup mewah yang melupakan pendidikan, dan masih banyak lagi. Hal-hal negatif seperti itu hanya akan membuat siswa menjadi lupa akan kepentingan belajar.
Untuk menghindari hal-hal seperti ini, kontrol orang tua sebagai orang terdekat dengan siswa sangatlah diperlukan. Perhatikan putra-putri anda setiap saat, kontrol bagaimana perkembangan mereka di sekolah, perhatikan juga siapa saja teman-temannya, apakah mereka membawa dampak baik atau buruk.
Secara garis besarnya, motivasi mengandung nilai-nilai dalam pembelajaran sebagai berikut :
1. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar anak.
2. Pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, serta minat yang ada pada diri anak.
3. Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinitas guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memeliharan motivasi belajar siswa.
4. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakn motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas.
5. Penggunaan asas motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan pembelajaran
Selain itu, motivasi dalam belajar mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
3.       Penyebab Menurunnya Motivasi Belajar Siswa
Terkadang motivasi belajar siswa dapat berubah – ubah, menjadi lebih baik atau lebih buruk. Motivasi belajar dapat pula terpengaruh oleh beberapa sebab, berikut dijabarkan beberapa sebab/faktor yang dapat menurunkan motivasi belajar peserta didik :
• Kehilangan harga diri
Pengaruh dari hilangnya harga diri bagi seorang siswa / orang dewasa sangat besar. Tanpa harga diri, peserta didik akan berlaku sangat emosional dan pasti menurunkan motivasi belajarnya. Penting bagi guru untuk menyadari hal ini. Berhati-hati dengan latar belakang dan tidak menyinggung perasaan orang lain merupakan hal yang harus diperhatikan guru untuk peserta didik. Contohnya; jika seorang peserta didik dihukum dengan cara maju kedepan dan menjewer kupingnya sendiri dan kakinya diangkat satu, niscaya ia tidak akan respek lagi terhadap gurunya dan mungkin materi serta keseluruhan proses belajarnya. Bahkan ia dapat seketika keluar kelas tanpa kembali lagi selamanya.
• Ketidaknyamanan fisik
Fisik merupakan aspek fisiologis / penampakan yang penting untuk meningkatkan motivasi belajar. Seorang peserta didik biasanya selalu memperhatikan penampilan fisiknya. Jika fisiknya tidak membuat ia nyaman, motivasi belajarnya pun akan menurun. Contoh; seseorang yang mempunyai badan yang besar akan mengalami penurunan motivasi jika ia diminta untuk belajar lari sprint di lapangan.
• Frustasi
Kendala dan masalah hidup yang dihadapi oleh peserta didik merupakan hal yang harus dijalani. Terkadang dapat diatasi, terkadang tidak. Mereka yang mengalami masalah yang tidak tertanggulangi biasanya akan cepat frustasi. Peserta didik seperti ini tentu fokus utamanya menghadapi problem hidupnya yang sedang carut-marut itu. Motivasi untuk terus belajar akan menurun sejalan dengan rasa frustasinya. Guru seharusnya dapat memahami apa yang dihadapi peserta didiknya. Guru harus dapat menyampingkan rasa frustasi peserta didiknya dengan menjadikan proses pembelajaran sebagai sesuatu yang menyenangkan dan refreshing.
• Teguran yang tidak dimengerti
Peserta didik tidak hanya manusia yang mempunyai pemikiran dan pengalaman luas tetapi juga prasangka yang besar pula. Jika guru menegur dengan tanpa ia mengerti, peserta didik itu pun akan merasa bingung dan berprasangka macam-macam yang pada akhirnya menjadi faktor penurun motivasi belajarnya.
• Menguji yang belum dibicarakan/diajarkan
Guru yang tidak memahami peserta didiknya dan mempunyai jam terbang rendah, nampaknya kesulitan dan dapat saja ia lupa atau sengaja untuk menampilkan soal-soal ujian yang sulit atau belum diajarkanya karena berbagai sebab. Peserta didik yang mengikuti pembelajarannya akan tidak dapat menjawab atau menjawab dengan kurang tepat sehingga mereka merasa kesal atau merasa dipermainkan gurunya. Hal ini menjadi kontra produktif terhadap proses pembelajaran tersebut.
• Materi terlalu sulit/mudah
Materi pembelajaran dapat diukur dengan menerapkan pratest dan pengidentifikasian sasaran peserta didik. Terkadang hal ini tidak diperhatikan guru sehingga materi yang diajarkan terlalu sulit/mudah. Bagi peserta didik, mereka tentu sangat bosan dengan materi yang terlampau mudah dan sangat frustasi dengan materi yang terlampau sulit. Keduanya mempengaruhi motivasi belajar peserta didik ketingkat terendah.
• Persaingan yang tidak sehat
Setiap peserta didik mempunyai perbedaan satu sama lainya. Terkadang dalam ujian ada saja yang berbuat curang. Peserta didik yang berbuat jujur merasa tidak adil kepada mereka yang mencontek dan mendapat nilai bagus sementara dirinya bersungguh-sungguh dalam belajar tetapi nilainya standar saja. Hal ini menyebabkan motivasi belajarnya menurun bahkan menjadikan proses belajar tidak lagi kondusif.
• Presentasi yang membosankan
Pembelajaran tidak terlepas dari proses penyajian materi. Guru harus dapat menyajikan materi yang baik, menarik, jelas dan melingkupi seluruh materi menjadikan suatu presentasi yang dapat diterima dengan baik. Jika hal itu bertolak belakang, peserta didik akan cepat bosan dan menurunkan motivasinya untuk belajar. Contohnya, presentasi disajikan dengan huruf yang terlampau kecil sehinga sulit untuk dibaca, warna yang ditampilkan tidak menunjukan gradasi yang jelas, atau penyaji hanya menggunakan metode ceramah saja, dll.
• Pelatih/fasilitator tidak menaruh minat
Guru dalam perannya sebagai fasilitator di kelas sangat penting untuk memperlihatkan minatnya pada materi yang diajarkan. Jika tidak, peserta didik akan berfikir bahwa materi tersebut tidak penting dan membosankan. Hal itu akan sangat berdampak pada penurunan motivsi belajar mereka.
• Tidak mendapatkan umpan balik
Pembelajaran yang efektif harus menyertakan umpan balik pada komponen komunikasi antar individu. Peserta didik dan guru selayaknya mendapatkan umpan balik satu dan lainnya. Jika hal ini tidak terjadi, peserta dan guru akan mengarah pada komunikasi searah saja. Hal ini berkebalikan dengan proses pembelajaran yang seharusnya. Peserta didik tidak mendapatkan apa yang ia butuhkan dan begitu juga guru tidak mendapatkan respon dari siswa. Penurunan motivasi belajar tentu terjadi karena hal tersebut. Contohnya, guru yang mengajar dengan hanya metode ceramah tanpa melakukan diskusi dan melontarkan pertanyaan, juga tidak memperhatikan peserta didiknya (mengacuhkan) akan tidak mendapat umpan balik yang diperlukan untuk melihat sejauh mana peserta didik menguasai materi. Begitu juga peserta didik yang melihat tidak adanya kesempatan bertanya dan berpendapat dan mengkritisi materi, akan merasa bosan dan menganggap umpan balik dari guru tidak ada. Mereka dapat segera keluar dari kelas tanpa dipedulikan gurunya.
• Harus belajar dengan kecepatan yang sama
Pembelajaran merupakan suatu proses dimana peserta didiknya memiliki perbedaan, baik dalam hal kecepatan daya serap atau pengalaman dan kemampuan lainnya. Jika guru memberikan pola pengajaran yang kecepatannya sama tiap-tiap peserta didik, dikhawatirkan akan terjadi kebosanan pada peserta didik yang lebih cepat penyerapannya dan terjadi rasa frusrtasi yang sangat tinggi bagi peserta didik yang proses penyerapannya lambat. Kedua hal ni dapat menurunkan motivsi belajar peserta didik.
• Berkelompok dengan peserta yang sama sama kurang
Metode pembelajaran kelompok merupakan suatu metode strategis untuk guru agar peserta didik dapat saling mengisi dan menanggulangi masalah yang disampaikan guru. Jika dalam satu kelompok anggotanya berkemampuan rendah semua, kegiatan kelompok tidak akan berjalan baik. Proses yang diharapkan guru agar saling mengisi dan bertukar pendapat akan tidak berjalan dikarenakan seluruh anggotanya berkemampuan rendah. Peserta didik pun akan merasa tidak mencapai progres yang baik dan tidak mencapai target. Keadaan tersebut akan menurunkan motivasi belajarnya.
• Harus bertingkah yang tidak sesuai dengan pembimbingnya
Tingkah laku siswa dipengaruhi oleh pemahamannya. Peserta didik mempunyai karakter yang khas satu sama lainnya. Pembimbing/guru tidak dapat memaksakan kehendaknya kepada peserta didiknya agar sesuai dengannya. Jika hal ini terjadi, peserta didik akan bertindak tidak sesuai denga pribadinya dan hal ini menimbulkan gejolak di dalam hatinya dan mungkin mereka akan keluar kelas untuk selamanya. Contohnya, seorang peserta didik yang cerdas dan biasa mengutarakan pendapatnya dengan gamblang dan selalu kritis, dalam suatu pembelajaran kelas, guru mengharapakan tidak ada satupun peserta didik yang bicara, berpendapat atau bertanya dan mengkritisinya di kelas. Peserta didik ini berfikir dan berprasangka bahwa guru orang yang otoriter dan kemampuan argumentatifnya rendah juga kemampuan pemahaman materinya rendah pula. Peserta didik ini pun dengan sukarela akan dapat meninggalkan kelas secepatnya dan tidak kembali lagi.
4.       Faktor – Faktor Perbedaan Motivasi Belajar Seorang Siswa dengan yang lainnya.
Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya:
Perbedaan fisiologis ( physiological needs ), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual.
 Perbedaan rasa aman ( safety needs ), baik secara mental, fisik, dan intelektual.
 Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya.
 Perbedaan harga diri ( self esteem needs ). Contohnya yang memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
 Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya  kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
5.      Cara atau Solusi Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Orang tua dalam menigkatkan motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan memberikan dukungan / motivasi belajar kepada anaknya dengan kalimat-kalimat yang semangat contohnya “Jika kamu rajin belajar, nilaimu pasti akan bagus nak”. Dengan kalimat itu, maka dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimiliki anak kemudian membawa perubahan-perubahan yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Sehingga anak akan termotivasi untuk selalu rajin belajar.
 Berikut ini adalah beberapa cara praktis yang dapat dilakukan orangtua  untuk meningkatkan motivasi anak di sekolah (Schunk, Pintrich, & Meece, 208) :
1) Menciptakan iklim rumah yang mendukung anak untuk belajar.
Orang tua dapat menyediakan berbagai perlengkapan maupun permainan yang dapat mendukung anak untuk belajar, misalnya: komputer, buku-buku, puzzle, dan sebagainya. Dengan demikian, orangtua secara tidak langsung memotivasi anak dengan cara menstimulasi rasa ingin tahunya, serta mendorong anak untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungan sekitar.
2) Menyediakan waktu cukup untuk terlibat dalam kegiatan belajar anak.
Selain menciptakan iklim rumah yang dapat mendukung anak untuk belajar, interaksi orang tua dengan anak ternyata juga dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Hal ini dapat dilakukan dengan menemani anak belajar, menunjukkan perhatian terhadap kegiatan belajar anak, memberikan bantuan ketika anak menghadapi kesulitan, dan sebagainya. Sebagai partner anak dalam belajar, orangtua sebaiknya menunjukkan sikap yang hangat dan positif terhadap anak, misalnya dengan tidak memarahi anak ketika anak tidak dapat mengerjakan PR-nya dengan baik.
3) Memberikan penghargaan/respon positif terhadap setiap prestasi anak.
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya : dengan memberikan hadiah atau pujian. Dengan demikian, anak merasa dihargai dan lebih termotivasi untuk melakukan sesuatu.
4) Mengajari anak atau Mendidik anak dengan cara demokratis.
Kontrol yang terlalu ketat terhadap anak akan ‘mematikan’ motivasi anak. Secara umum, motivasi anak cenderung meningkat ketika orangtua mengizinkan anak untuk membuat keputusan sendiri, memperhatikan kebutuhan dan perasaan anak, serta menyediakan pilihan dan alternatif kepada anak. Mengkomunikasikan harapan dan keinginan orangtua kepada anak dalam bentuk saran, dan bukan dalam bentuk perintah.
Tetapi tidak semua tugas memberikan motivasi belajar dapat dilaksanakan oleh orangtua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Di sekolah, guru akan memberikan pengajaran dan pendidikan kepada anak serta motivasi-motivasi agar anak atau siswa semangat dalam belajar. Guru dapat memberikannya dengan cara yang berbeda-beda. Cara yang berbeda-beda ini yaitu dengan memberikan nasihat, dukungan, memberikan contoh yang baik, memberikan hadiah, dan lain-lain.
Belajar bagi sebagian anak adalah suatu beban atau suatu pekerjaan yang membosankan. Tidak sedikit anak harus dimarahi dulu baru mau belajar. Hal itu terjadi karena anak kurang memiliki motivasi, khususnya yang berasal dari diri sendiri. Tugas seorang guru dirasakan berat jika menghadapi siswa yang kurang memiliki motivasi untuk belajar, karena siswa akan sulit mengerti bila dijelaskan dan sering tidak selesai mengerjakan tugas baik di sekolah maupun pekerjaan rumah (PR). Siswa akan banyak mempunyai alasan untuk tidak belajar.
 Berikut ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa :
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai tujuan instruksional khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Ini dapat membuat siswa yang belum berprestasi termotivasi belajar lebih giat lagi.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Biasakan siswa berdoa dulu sebelum belajar dan dibiasakan duduk yang baik pada saat belajar. Melarang siswa jalan-jalan apabila tugas belum selesai.
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok. Siswa dalam kelas sangat beragam kemampuan akademiknya. Guru harus dapat memahami karekteristik masing-masing individu.
9. Menggunakan media yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Selain itu, sebelum orang tua dan guru memberikan motivasi belajar bagi siswa, harus memperhatikan pada prinsip-prinsip motivasi yaitu :
1. Motivasi Sebagai Pendorong Perbuatan
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari maka akan muncul minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya diambil dalam rangka belajar.
2. Motivasi Sebagai Penggerak Perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktifitas belajar dengan segenap raga dan jiwa. Akal pikiran berproses dengan sikap yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip, dalil, dan hukum, sehingga mengerti betul isi yang dikandung.
3. Motivasi Sebagai Pengarah Perbuatan
Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar.
 Stimulus motivasi belajar
Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu :
• Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
• Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat mempengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.
Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi. Untuk menumbuhkan motivasi belajar dari diri siswa sendiri, juga dapat dilakukan melalui beberapa tips di bawah ini :
• Bergaullah dengan orang-orang yang senang belajar
Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar. Selain itu, coba cari orang atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik dalam belajar. Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiswa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah presrasi.
• Belajarlah apapun
Pengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal maupun nonformal. Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, belajar berwirausaha, dan lain-lainnya.
• Belajarlah dari internet
Kita bisa memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orang-orang yang senang belajar. Salah satu milis dapat menjadi ajang kita bertukar pendapat, pikiran, dan memotivasi diri.
• Bergaullah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif
Di dunia ini, ada orang yang selalu terlihat optimis meski masalah merudung. Kita akan tertular semangat, gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya.
• Carilah motivator
Kadang kala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor dalam menjalani hidup. Misalnya : teman, pacar, ataupun pasangan hidup. Seorang siswa pun bisa melakukan hal serupa dengan mencari seseorang/komunitas yang dapat membantu mengarahkan atau memotivasi siswa belajar dan meraih prestasi.
 Menurut Richard I Arends dalam bukunya Learning to Teach menyarankan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memotivasi para peserta didik, antara lain :
1) Sikap percaya guru pada kemampuan siswa
Banyak hal yang mempengaruhi siswa yang dibawanya ke sekolah seperti kepribadiannya, pengalaman masa lalunya, kehidupan di rumah, dsb. Faktor-faktor ini memang dapat mempengaruhi seberapa keras mereka berupaya di sekolah. Namun demikian, faktor-faktor tersebut tidak banyak dapat diubah oleh para guru. Hal paling penting yang dapat dilakukan guru sepenuhnya adalah perilaku dan kepercayaan guru itu sendiri terhadap peserta didik. Meyakini bahwa setiap peserta didik dapat belajar dan karenanya memiliki potensi untuk berkembang secara maksimal dapat mempengaruhi pola pendekatan pembelajaran guru di sekolah menjadi lebih telaten dan promotif. Sehingga, menimbulkan kepercayaan diri siswa dan keyakinan bahwa mereka dapat mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran yang mereka hadapi.
2) Menciptakan situasi belajar yang positif
Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, aman, dan nyaman, penting untuk dapat memotivasi siswa.
3) Membangun perhatian dan nilai-nilai intrinsik siswa
Membangun perhatian dan motivasi intrinsik peserta didik merupakan hal yang penting. Beberapa hal yang dapat membangun minat dan keinginan tahuan para siswa yaitu :
- Hubungkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa
- Gunakan nama siswa dalam memberi ilustrasi yang positif
- Sajikan materi pelajaran dalam bentuk cerita secara bersemangat. Misalnya : ”Ketika kalian memesan milkshake (sebut merek terkenal tertentu) kesukaan kalian, maka dia tidak akan mencair meskipun kalian panaskan di dalam oven. Hal itu disebabkan oleh bahan pengemulsi yang terbuat dari ganggang yang sedang kita pelajari ini.”
- Selain itu penggunaan permainan, simulasi, perjalanan edukatif, pembicara tamu dapat memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran di sekolah.
4) Mengatur Tingkat Kesulitan Tugas
Tugas-tugas yang terlalu mudah hanya menuntut sedikit upaya dan tidak menghasilkan keinginan untuk sukses sehingga otomatis tidak bisa memotivasi. Demikian pula tugas yang terlalu sulit dikerjakan seberapa besar pun upaya mereka juga tidak memotivasi bahkan mungkin menimbulkan frustasi. Oleh karena itu tingkat kesulitan tugas-tugas yang diberikan harus proporsional.
5) Memanfaatkan balikan (feedback)
Feedback mengenai performa yang baik dapat menumbuhkan motivasi intrinsik. Sebaliknya, feedback terkait performa yang kurang baik dapat menjadi masukan yang berguna bagi peserta didik untuk dapat memperbaikinya asal memang benar-benar ditindak lanjuti. Oleh karena itu, soal-soal evaluasi yang telah diberikan sebaiknya dibahas kembali sehingga peserta didik mengetahui kegagalan mereka dalam menyelesaikan beberapa soal tersebut.
6) Memperhatikan kebutuhan siswa
Secara umum kebutuhan siswa akan determinasi diri yaitu kemampuan untuk menentukan pilihan-pilihan akan terpenuhi ketika mereka merasa diberi hak untuk memberi pernyataan mengenai lingkungan kelas mereka dan tugas-tugas belajar mereka.
7) Fasilitasi pembentukan kelompok dan kohesi kelompok
Membangun sebuah lingkungan kelas yang positif dapat memotivasi siswa untuk meraih prestasi. Hal ini menuntut perhatian terhadap kebutuhan sosial dan emosional siswa di samping kebutuhan akademik mereka. Bekerja dalam kelompok dengan target yang terukur dan kompetitif dapat menjadi pendorong semangat siswa dalam menunaikan tugas-tugas belajar mereka.
Demikianlah beberapa hal yang dapat menumbuhkan dan menjaga motivasi siswa dalam belajar. Tentu di samping itu masih banyak hal yang dapat memotivasi para siswa. Yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana tingkah laku dan titah tutur para guru, karyawan, dan pimpinan sekolah terhadap siswa bersifat positif dan membangun kepercayaan diri siswa bukan malah merendahkan kepercayaan diri mereka.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Motivasi itu juga merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuannya. Hal-hal yang mempengaruhi motivasi belajar pada siswa diantaranya cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan sekitar siswa dan upaya orang tua serta guru dalam memmotivasi belajar siswa.
Upaya meningkatkan motivasi belajar meliputi diri siswa sendiri, peran orang tua serta para guru. Bagi para guru upaya-upaya yang dapat dilakukan beberapa diantaranya, mengoptimalisasikan penerapan prinsip belajar, pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa serta pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar. Bagi para orang tua dapat dilakukan dengan memberikan waktu cukup, memberikan respon positif, mendidik secara demokratis dan mengajari sikap kedisiplinan. Sedangkan bagi peserta didik, upaya-upaya yang dapat dilakukan terdiri dari segi belajar, seperti mengulang materi pelajaran, belajar apapun, belajar dari internet dan selalu mengembangkan tujuan belajar.
III.2 Saran
Motivasi adalah salah satu cara seorang anak menjadi orang sukses. Motivasi itu juga datang dari orang tua dan guru pembimbing. Oleh karena itu melalui karya ilmiah ini, penulis menyarankan agar para orang tua dan guru lebih fokus dalam membantu meningkatkan motivasi belajar siswa, karena hanya siswa – siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggilah yang dapat menjadi orang sukses dan memimpin bangsa ini ke depannya.
Daftar Pustaka
http://etd.eprints.ums.ac.id/2189/1/A410040140.pdf
http://www.anneahira.com/motivasi/index.htm
http://suhadianto.blogspot.com/2009/02/meningkatkan-motivasi-belajar-siswa.html
http://www.bruderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html
http://nurulfikri.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=375:meningkatkan-motivasi-belajar-siswa-berkesulitan-belajar&catid=47:pendidikan&Itemid=137
http://www.anneahira.com/pengaruh-lingkungan-terhadap-prestasi-belajar.htm
http://www.squidoo.com/definisi-motivasi
http://jaringanilmupengetahuan.blogspot.com/2010/06/makalah-belajar-dan-pembelajaran.html
http://rahaj3n9.wordpress.com/2010/01/09/peranan-orangtua-dan-guru-dalam-motivasi-belajar-peserta-didik/

Penalaran Induktif


Pengertian Penalaran Induktif
Metode penalaran induktif adalah adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
Ada 3 jenis penalaran induksi, yaitu : 

1. Generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomenal individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena. Generalisasi juga dapat dikatakan sebagai pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala, yang dimulai dengan peristiwa – peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan secara umum.

Contoh :
Bila seorang berkata bahwa mobil adalah semacam kendaraan pengangkut, maka pengertian mobil dan kendaraan pengangkut merupakan hasil generalisasi juga. Dari bermacam – macam tipe kendaraan dengan ciri – ciri tertentu ia mendapatkan sebuah gagasan mengenai mobil, sedangkan dan bermacam – macam alat untuk mengangkut sesuatu lahirlah abstraksi yang lebih tinggi ( = generalisasi lagi ) mengenai kendaraan pengangkut.

Generalisasi dibedakan dari segi bentuknya ada 2, yaitu : loncatan induktif dan yang bukan loncatan induktif. (Gorys Keraf, 1994 : 44-45)
  • Generalisasi Tanpa Loncatan Induktif (Generalisasi tidak sempurna)
Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Misalnya, untuk menyelidiki penyakit yang sering diderita oleh orang Indonesia pada umumnya, diperlukan ratusan sample untuk menyimpulkannya.

Contoh :
Hampir seluruh orang di Indonesia menderita sakit magh.

Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.

Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2. Sampel harus bervariasi.
3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
  • . Generalisasi Dengan Loncatan Induktif (Generalisasi sempurna)
    Dalam loncatan induktif suatu fenomena belum mencerminkan seluruh faktayang ada. Fakta-fakta tersebut yang digunakan dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan. Dengan demikian loncatan induktif dapat diartikan sebagai loncatan dari sebagian evidensi kepada suatu generalisasi yang jauh melampauikemungkinan yang diberikan oleh ebidensi itu.
2. Analogi
Analogi yaitu proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dengan analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya.

Tujuan Analogi
    - Meramalkan kesamaan
    - Menyingkap kekeliruan
    - Menyusun sebuah klasifikasi

Contoh :
    Kita banyak tertarik dengan planet Mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti Bumi. Temperaturnya hampir sama dengan Bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti di Bumi. Jika di Bumi ada makhluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup di planet Mars.

3. Kausal
Kausal adalah paragraph yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya , merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.

Contoh :
 
Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.

Tujuan Kausal
Tujuan kausal terdapat dalam Hubungan Kausal Dapat berlangsung dalam tiga pola :
   a. Sebab ke akibat
    Dari peristiwa yang dianggap sebagai sebab menuju kesimpulan sebagai efek.
Contoh : Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
b. Akibat ke sebab
    Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat menuju sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat.
Contoh: Bobi tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
c. Akibat ke akibat
    Dari akibat ke akibat yang lain tanpa menyebut sebab umum yang menimbulkan kedua akibat.
Contoh :
Pada sabtu sore terjadi badai salju, akibatnya jalanan ditutup karena dipenuhi oleh salju.

http://nursusilawati23.blogspot.com/2013/01/penalaran-induktif-tulisan-ilmiah-dan.html